Menonton Pacu Kuda (3), Rahasia Tanpa Pelana

Mengakrabkan diri dengan kuda pacu gayo.
FOTO: Ikbal Fanika

PERJALANAN melelahkan ke Takengon dengan tujuan menonton pacu kuda takkan rugi. Sebab kita akan meraup cerita-cerita unik tentang kuda gayo yang tak dituturkan orang lain. Misalnya saya, dari beberapa orang gayo menjelaskan alasan joki tidak pakai pelana.

Risikonya justru lebih besar kalau berkuda dengan pelana,” jelas seorang Bapak di area kandang kuda. Saya lupa namanya.

Kok bisa? “Ya kan karena pelana itu diikat ke pinggang joki dan kakinya. Coba kalau joki itu jatuh, diseret kuda bisa mati,” jelasnya. “Tapi kalau tanpa pelana, paling jatuh,” dia jeda sejenak, “jokinya cuma cedera,” sambungnya.

Dua Bapak itu tu yang cerita pada saya. 😀
Foto: Ikbal Fanika

Hingga lomba kemarin, belum ada satu pun joki yang meninggal karena memacu kuda. Tapi yang cedera banyak. Justru yang meninggal itu orang yang menonton pacu kuda, tepatnya di hari Sabtu, saat berlangsungnya semifinal. Penonton bocah tewas diinjak kuda saat menyeberang lintasan pacu. #makanya dijaga tuh anak kalau dibawa ke arena olahraga.
Nah, ka meuphom? Dia juga cerita soal biaya pelihara kuda. “Memelihara seekor kuda sama dengan biaya satu anak kuliah,” sebutnya.
Kok bisa? 

“Untuk makan saja, madunya harus dipasok dari Sumbawa, sedangkan sagu dari Bireuen, belum lagi yang lain,” bebernya.
Biaya yang mahal itu tak sia-sia. Semakin bagus pertumbuhan kuda, semakin mahal harganya. Sama kayak melamar perempuan juga kan? Semakin cantik dan tinggi levelnya, semakin banyak pula maharnya, huhui. 😀
Poninya menjuntai indah, kan? Padup jeulamee nyoe? 😀 

“Satu kuda dewasa bisa mencapai 80 juta rupiah kalau dijual, satu harga mobil,” terangnya. Bisa juga mencapai 100an juta untuk kuda kelas A Super. Kuda kelas A Super yaitu kuda yang didatangkan dari Australia kemudian dipelihara. Tubuhnya tinggi tegap.

Kuda pacu juga dilatih. Kuda akan dibawa ke gunung untuk latihan fisik, semisal mengangkut hasil panen atau kayu. Sedangkan latihan teknis, kuda diasah skill di arena yang biasa digunakan untuk bertanding.
Di daerah lain Aceh selain Aceh Tengah, kita akan banyak menemukan kerbau, lembu, atau kambing di kampung-kampung. Tapi di Dataran Tinggi Gayo, ringkihan kuda bersaing dengan lolong anjing yang juga banyak dipelihara warga setempat.
Jika kamu (lelaki) ingin menjadi pangeran berkuda, di Gayo lah tempatnya. Karena kamu tidak hanya membual belaka, tetapi benar-benar bisa menyewa kuda untuk sekadar bergaya di depan wanita. Haha. So, ayo bersafari ke Aceh.[]
Writer : Makmur Dimila

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *