Kisah Terios Ngopi di Sumatera

Sumatera Coffee.
ALKISAH, tiga mobil Daihatsu Terios ditantang menjajal lintasan Sumatera pada 11-25 Oktober 2012. Menariknya, tim ekspedisi tidak hanya sukses mengunjungi tujuh daerah sentra produksi kopi sumatera, tetapi juga menyajikan pengetahuan kopi yang memang kita butuhkan. Lebih-lebih bagi seorang pecinta kopi alias coffee lover.
Sasaran pertama Tim Terios 7 Wonders: Coffee Sumatera Paradise adalah kopi liwa (1), Lampung. Aroma kopi langsung menyambut kedatangan tim di Liwa. Jalanan sempit menanjak, diapit hamparan perkebunan warga. Selanjutnya tim menginap di tepi Danau Ranau sebelum berinteraksi dengan petani kopi.

Terios di Liwa.

Dari petani itu, tim menemukan inovasi. Biji kopi dicampur dengan pinang dan ginseng saat disangrai dalam oven hingga 190 derajat. Menghasilkan kopi liwa beraroma khas. Campuran tersebut diyakini berkhasiat untuk kesehatan.
Beberapa musang piaraan petani menjadi pemandangan tim saat menemui pebisnis kopi luwak di Liwa. Musang hanya memakan kulit dari biji kopi terbaik. Kemudian mencernanya hingga 6 jam dan mengeluarkannya melalui feses, berupa sekumpulan biji. Kotoran musang selanjutnya dikeringkan dan dibersihkan oleh petani, sebelum dipasarkan.
Daihatsu Terios yang mengusung mesin 3SZ-VE 4 silinder dengan mudah taklukkan jalan menuju Kabupaten Lahat. Sampai disana, Sahabat Petualang langsung dijamu Bupati Lahat dengan kopi lahat (2). Ngopi bareng masyarakat setempat menjadi keasikan tersendiri bagi tim, seakan-akan sudah lama bersahabat.

Terios di Lahat.

Keesokan, mereka studi ke pengolahan kopi tradisional milik Zahari Cikman. “Penentuan kualitas kopi bisa lewat kadar kering bijinya. Umumnya dari petani kadarnya mulai dari 15 % hingga 17 %. Butuh pengeringannya, 4 hingga 6 hari dari petani,” beber Cikman.      
Jalur berkelok di antara perbukitan menguji daya tahan Terios saat melanjutkan tur ke Pagar Alam. Bukan Sahabat Petualang namanya, bila tak mampu melewati rintangan. Tim pun digoda aroma khas kopi pagar alam (3) begitu sampai di tujuan. Selain itu, tim ekspedisi merasakan kelembutan saat menyesap kopi pagar alam.

Terios di Pagar Alam.

Sumber perekonomian masyarakat itu tumbuh di lereng Gunung Dempo. Para petani kopi merawat baik pepohonan kopi meskipun tidak sedang musim panen. “Kami menjaga kondisi pohon seperti daun yang sehat dan tidak jarang memetik biji kopi yang ranum,” cerita Ambiak, petani kopi pagar alam. Prosesing kopi berlanjut usai dipetik. Segera, mereka pisah biji dari cangkangnya, sebagaimana disaksikan tim Terios 7 Wonders.
Keunggulan Daihatsu Terios Hi-Grade Type X AT dan TX MT dimanfaatkan driver ketika memasuki Kota Empat Lawang, yaitu memutar musik via lingkar kemudi (audio steering switch). Tim mendapati kopi sebagai ‘bahasa gaul’ masyarakat Kota Empat Lawang.
Istimewa, label yang disematkan kepada kopi empat lawang (4). “Kopi disini merupakan persilangan kopi arabika dan robusta. Aroma dan rasanya khas Empat Lawang,” tutur Anang, petani kopi setempat.

Di Empat Lawang.

Pemerintah Daerah dan masyarakat bagai air yang menyatu dengan kopi itu sendiri. Pihak Pemda mendirikan gedung khusus menampung kopi dari berbagai wilayah di Empat Lawang. Pun, kreativitas warga didukung seperti pengrajin kayu dari pohon kopi. Uniknya, bahan baku suvenir itu berasal dari pohon kopi yang tidak produktif.
Armada Terios kembali diuji ketangguhannya, di jalan bagai ular, saat menggapai Curup, Bengkulu. Elektronic Power System (EPS) meringankan kemudi dan manuver oleh sopir. Kopi bengkulu (5) pun diseruput Sahabat Petulang saat makan siang. Penelusuran tim menyimpulkan, ngopi menjadi alternatif warga Bengkulu untuk melepas penat. Rasanya khas dan ampasnya bisa diseduh kembali.

Di Bengkulu.

Dari Bengkulu, tim Terios 7 Wonders berburu spot ngopi ke Mandailing. Perjalanan menuju Bukit Tinggi, menguras energi Terios maupun tim. Nyaris seharian penuh, mereka jejaki trek Lintasan Sumatera yang beragam. Namun, enteng saja bagi Terios. Sebab mobil yang diproduksi PT Astra Daihatsu Motor ini memiliki ground clearanceyang tinggi khas SUV.
Kopi mandailing natal (6) hasil penanaman pada masa penajajahan Belanda. Dibawa tahun 1699 dan begitu terkenal hingga 1878. Mandailing Natal pun dianggap sebagai daerah industri kopi pertama di Sumatera. Arabika, jenis kopi yang dikembangkan di Mandailing, sesuai dengan ketinggian daerahnya. Perkebunan kopi di sana berada 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Di Mandailing.

Tim Terios ngopi di salah satu kedai, bergaul dengan masyarakat Mandailing, sebelum melihat-lihat ke perkebunan warga. “Kopi mandailing harum kali baunya dan mantaplah Bang. Sebagian besar, kopi arabika menjadi pilihan untuk ngopi disini,” sebut Martua Raja Batubara, pemiliki kedai kopi.
Lika-liku dan bebukit menantang perjalanan Sahabat Petualang ke Takengon, Aceh, yang menjadi destinasi terakhir: menyeruput kopi gayo (7). Ubahan suspensi termasuk peredaman dan shock absorber ampuh menyudahi ekspedisi “Sumatera Coffee Paradise”. Kesulitan yang dihadapi terbayar tunai begitu tiba di Aceh Tengah, disambut panorama Danau Laut Tawar yang indah.

Di Takengon.

Kopi arabika khas gayo tumbuh di ketiggian 1.300 mdpl. Lebih tinggi dari kopi mandailing. Letak geografis dan pengolahan yang detail, membuat kopi gayo pun melejit ke pasar dunia. Cita rasa kopinya berkarakter. Para petani sangat menjaga kualitas kopi termasuk menghadirkan tester andal bersertifikat. Hal ini dibutuhkan untuk menjaga kestabilan dan karakter rasa serta mutu kopi, sehinga tetap diterima di luar negeri.
Pada masa itu, Tim Terios 7 Wonders: Coffee Sumatera Paradise memulai tur dari Jakarta dan mengakhirinya di Tugu Kilo Meter Nol, Sabang. Selama perjalanan, Sahabat Petualang juga berbagi kepada sesama sesuai konsep Corporote Social Responsibility (CSR) di Bengkulu, Medan, dan Aceh. Dan, selebrasi di Pulau Weh tadi menandai keberhasilan tiga Daihatsu Terios jelajahi Sumatera.
Lebih dari sekedar “ngopi” di Sumatera, pihak Daihatsu sejatinya telah mempromosikan kekayaan alam Indonesia melalui ekspedisi Terios 7 Wonders. Pun, saya membayangkan, betapa bahagianya jika diberi kesempatan menemani Terios, untuk mempromosikan potensi Sulawesi pada tur selanjutnya. Amin.[]
Sumber tulisan dan foto: e_magz_sevenwonder.pdf

Writer : Makmur Dimila


4 thoughts on “Kisah Terios Ngopi di Sumatera

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *