When in Jogja (1)

Candi Prambanan

SAYA dapat tiket pesawat gratis ke Yogyakarta, pergi dan pulang. Saya juga sudah diagendakan mendapat akomodasi gratis selama seminggu di Hotel Inna Garuda. Menjelang seminggu berangkat, saya harus menemukan seseorang yang bisa membantu begitu saya tiba di sana.

Hm…

Zoehelmy Husein. Dia pertama kali kirim pesan ke Facebook saya pada 12 Juni 2011. Memberi salam dan ajak kenalan. Saya membalasnya. Dia tahu nama saya dari karya saya yang dimuat di Harian Serambi Indonesia. Dia tertarik untuk belajar menulis dan mengirimkan artikel ke media di Aceh.

“Saya asli Kembang Tanjong, Sigli, tinggal di Langsa, dan sekarang sedang menempuh studi di Jurusan Tafsir dan Hadis UIN Sunan Kalijaga.” Itu kalimat obrolannya yang paling terekam begitu saya lihat kembali tiket elektronik yang dikirim panitia.

Saya harus meminta bantuannya. Via Facebook, meminta kesediaannya menjemput saya begitu tiba di Bandara Adi Sucipto. Dengan senang hati, dia akan melakukannya. Rejeki bagi saya.

Waaah, hebat, warung ini masuk buku Bondan Winarno.
Waaah, hebat, warung ini masuk buku Bondan Winarno.

Selama 1-6 Oktober 2011, Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan beberapa LSM bidang kesehatan, menggelar Pertemuan Nasional (Pernas) HIV/AIDS IV. Sebelumnya, ada lomba menulis berita feature tentang kesehatan. Dan saya termasuk 10 besar pemenang liputan itu.

Saya sendiri dari Aceh, membawa nama Harian Aceh. Menumpangi Lion Air sesuai booking panitia. Alhamdulillah, untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Tanah Jawa. Saya tiba sehari sebelum acara. Dan Zoehelmy benar-benar menunggu di Adi Sucipto International Airport, sehingga orangtua pun lega saat mengabari ketibaan saya di Jogja.

Di Asrama Pesantren AJI Mahasiswa, tempat Zoehelmy tinggal sekaligus mendalami ilmu ukhrawi, saya bermalam. Besoknya, Zoe, begitu disapa kawannya, sempat membawa saya ke salah satu warung makan khas Aceh, diberi nama “Bungong Jeumpa”.

Lokasinya di kawasan Demangan Baru, samping Universitas Atmajaya Yogyakarta. Menyajikan ragam kuliner khas Aceh, dari kopi, martabak, mi, hingga roti cane. Namun saya lihat, karyawannya bukan orang Aceh.

Inilah awal-awal saya motret, amatir banget. Hehe.
Inilah awal-awal saya motret, amatir banget. Hehe.

Menurut Zoe, yang kami kunjungi cabangnya, sementara warung utama terletak di Jalan Robert Wolter Monginsidi, belakang Borobudur Plaza. Dari warung itu, dia antarkan saya ke Inna Garuda, tak jauh dengan pusat wisata Yogyakarta, Malioboro.

Kami jumpa lagi 4 hari kemudian. Saya cabut dari acara Pernas. Keluar dari hotel, Zoe stand by di tepi jalan. Dan kami langsung mencari kendaraan umum menuju Candi Prambanan. Itulah hari terakhir kami jumpa.

Zoe dan saya di Prambanan. FOTO : IST
Zoe dan saya di Prambanan. FOTO : IST

Setelah hampir 3 tahun, kami akhirnya, bertemu lagi. Namun di Banda Aceh, ketika secara tak sengaja kami ngopi di salah satu café di Lampineung, pada 15 Juni 2014. Dia sedang dalam proses penerimaan S2 luar negeri dari Pemda Aceh, sedangkan saya dalam proses wet-wet usai kuliah. Thank you Zoe. [Makmur Dimila]

Bersambung…

3 thoughts on “When in Jogja (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *