Penglipuran, Pelipur Lara Kita Suatu Hari Nanti

tata ruang penglipuran

Nanti ketika memilih destinasi liburan yang anti-mainstream, saya akan mencari desa wisata yang bersih, indah, asri, dan mengesankan. Sebab realita kehidupan saat ini tak lepas dari aktivitas lingkungan perkotaan yang kurang sehat. I need to recharge my energy.

Jika waktunya sudah tiba, adakah desa seperti yang saya inginkan itu di Indonesia? Hm..

Ada banyak desa wisata di Indonesia. Tapi hanya sedikit desa wisata terbersih.

Setidaknya itu pengalaman saya saat “bersafari” di halaman pencarian Google, dan, pengalaman pribadi saat dulu sering jalan-jalan ke berbagai daerah.

Desa Penglipuran Bali

Desa Penglipuran Bali muncul di halaman pertama saat saya mengetik “desa terbersih di Indonesia”.

Pada 2016, Desa Penglipuran Bali dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia, menyusul dua desa lainnya: Desa Giethoorn di Belanda dan Desa Mawlynnong di India. Wow sekali ya. Satu-satunya desa di Tanah Air yang mendapat pengakuan dunia.

Saya baru tahu. Tentu saja bikin penasaran. Ingin segera saya bersafari ke sana. Tapi  tunggu dulu, perihal apa yang membuat desa ini dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia?

Data & Fakta Desa Penglipuran Bali

1. Peninggalan Kerajaan Bangli

Kita belajar sejarah dulu ya!

Desa Penglipuran berada di Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli, sekitar 45 km dari Kota Denpasar.

Nama Penglipuran berasal dari kata Pengeling Pura yang berarti tempat suci untuk mengingat para leluhur. Semua warga Penglipuran menghormati dan menjalankan tradisi peninggalan leluhur.

2. Menganut Falsafah Tri Hita Karana

Warga Penglipuran menganut falsafah hidup Tri Hita Karana. Satu pedoman tentang menjaga keharmonisan dalam relasi antar sesama manusia, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan Tuhan.

Falsafah ini terus dilestarikan sampai sekarang, meskipun telah berganti beberapa generasi.

3. Menjalankan Konsep Tri Mandala

Sekarang belajar arsitek… 😛

Penglipuran menganut tata ruang dengan Konsep Tri Mandala. Tata ruang wilayah desa dibagi dalam tiga ruang berbeda berdasarkan fungsi: utama, madya dan nista.

tata ruang penglipuran
Tata Ruang Desa Penglipuran. Foto: Pesona.Travel

Letak ketiga ruang ini membujur dari utara (gunung) ke selatan (laut), dengan jalan desa lurus berundak sebagai poros tengah, memisahkan ruang madya menjadi dua bagian.

Di paling utara pada zona utama atau “ruang pada dewa”, berdiri bangunan suci pura bernama Penataran tempat beribadah para penduduk desa. Adapun zona madya atau “ruang manusia” terdapat 76 petak pekarangan dan rumah tempat bermukim warga terbagi ke dalam dua jajaran, yaitu barat 38 dan timur 38. Bagian paling selatan adalah nista mandala atau “ruang bagi manusia yang telah meninggal” berupa tempat pemakaman penduduk desa.

Saya bisa membayangkan, letak bangunan-bangunan di Penglipuran yang konsisten: bangunan suci harus selalu di hulu, perumahan di tengah, dan ladang usaha di pinggir atau hilir.

4. Kesederhanaan dan Kebersamaan

Setiap rumah warga dibuat sederhana dan seragam, yang ditandai dengan adanya pertamanan dan angkul-angkul (pintu gerbang) di masing-masing pekarangan rumah.

Jalan Desa Penglipuran
Jalanan desa yang bersih nan asri. Foto: Pesona.Travel

Semua warga sama derajatnya. Selain itu, warga Penglipuran juga sering bermusyawarah terhadap suatu hal dalam kehidupan bermasyarakat.

Ini mungkin, bagian dari pelajaran PPKn. 😀

5. Dari Konservasi ke Wisata

Rupa desa wisata Penglipuran berawal dari desa konservasi yang ditetapkan pada 1980. Warga desa ini tak menutup pintu bagi modernisme namun punya ketetapan adat untuk melestarikan dan mengembangkan budaya.

Sebab warga dan lingkungan yang terpelihara oleh sistem, desa ini memiliki daya tarik sendiri. Sehingga pada 1993, warga sepakat menjadikan Penglipuran sebagai desa wisata, yang ditetapkan dengan SK Bupati Bangli.

Hanya berselang dua tahun, Penglipuran meraih Penghargaan Kalpataru, kategori Penyelamat Lingkungan. Kalpataru adalah penghargaan tertinggi dari pemerintah untuk bidang lingkungan hidup di Indonesia.

6. Karang Memadu, Larangan Poligami

Karang Memadu Penglipuran

Kalau ada suami yang poligami, bawa saja ke Karang Memadu, hanya 150 meter. 😛 Foto: getyourguide.com

Ada satu keunikan yang mungkin tidak ada di tempat lain. Penglipuran menjaga tradisi larangan bagi pria untuk melakukan poligami. Sebagai wujud penghormatan kepada wanita.

Jika ada yang melanggar, orang itu harus pindah ke sebuah tempat keramat yang sunyi dan tak berpenghuni bernama Karang Memadu.

Atraksi Wisata Desa Penglipuran Bali

Belakangan, Desa Penglipuran Bali makin hits sebagai destinasi wisata. Wisatawan asing yang ke Bali tidak hanya ke Desa Ubud yang sudah lama populer, tapi juga mulai memasukkan Penglipuran dalam wishlist liburan. And, I do too.

Tapi saya perlu tahu atraksi wisata apa yang tersedia di sana. Here we go:

1. Berbaur dengan Warga

warga Desa penglipuran bali
Berbaur dengan warga Penglipuran. Foto: getyourguide.com

Jika kamu punya lara yang membara, sebaiknya jangan curhat ke sembarang orang berliburlah ke Desa Penglipuran Bali. Atmosfer desa ini akan memelukmu erat dengan ketenangan, keasrian, tentu saja kehangatan warga.

Ramah-tamah, pasti akan membuat betah, kemanapun kamu pergi. Masuklah ke rumah warga, rasakan pengalaman melalui pintu gerbang yang dinamai angkul-angkul, dan bertutur dengan mereka.

Kenyamanan ini ditambah dengan suasana yang adem. Bebas noise. Mereka punya aturan: kendaraan dilarang melalui jalan desa. Mereka akan menyeka air matamu itu.

2. Bersepeda di Desa

Pengelola wisata Penglipuran pun membuat atraksi gowes bagi turis. Bali Cycling Desa Penglipuran dipaketkan dengan sejumlah atraksi wisata dari desa sekitar.

Program ini dimulai pada pagi hari dengan rute: Tegalalang Rice Terrace, Agrowisata Kopi Luwak, Pemandangan Gunung Batur dan Danau Batur, dilanjutkan ke start point bersepeda di Desa Kayubihi. Tur akan melewati hutan bambu, Rumah Adat Desa Penglipuran, Pura Kehen Bangli, hingga finish di Desa Bukit Batu.

3. Bamboo Forest

Hutan Bambu Penglipuran
Bamboo Forest Penglipuran. Foto: kintamani.id

Yang membuat saya makin excited, Desa Penglipuran Bali memiliki Bamboo Forest. Kompleks hutan konservasi berisi pepohonan bambu yang rindang dan sunyi.

Pengunjung boleh memasuki hutan adat ini tapi tidak boleh menebang pohon tanpa seizin dari tokoh adat. Kalian pasti akan berfoto-foto disini, seakan-akan sedang di Jepang!

4. Safari dengan Mobil Klasik

Kalau kalian sering atau pernah nonton film bersetting suasana 80-an, mungkin sempat melihat adegan romantis dengan mobil Marvia. Di Penglipuran, mobil klasik ini menjadi atraksi wisata. Turis boleh sewa Marvia untuk berkeliling desa dan objek wisata lainnya di luar Penglipuran.

5. Berfoto di mana saja!

foto di penglipuran
Capture the moment. Foto: lovepopstravel

Jalan desa dan gang menjadi atraksi utama bagi wisatawan. Tata-ruangnya yang unik menghadirkan spot-spot menarik untuk #Selfie.

Belum lagi dengan menapaki jalanan yang bersih, melihat ketawa anak-anak, mendapat senyum warga, dan lukisan panorama dari ketinggian, siapa yang tak suka?

Saya pun, akan mengambil foto dan video di setiap sudut desa ini. Bahkan ada warga yang meminjamkan baju adat Bali kepada tamu supaya sesi motretnya menjadi lebih asik dan Bali-able.

Seperti saya sebutkan di awal, saya cenderung mencari destinasi wisata yang bebas polusi dan menarik. Suatu hari nanti, saya dan pasangan, harus ke Penglipuran, untuk melipur lara.[]

Oleh Makmur Dimila

Berjalanlah… dan ceritakan pengalamanmu.

2 thoughts on “Penglipuran, Pelipur Lara Kita Suatu Hari Nanti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *