Melihat Padi Tajok di Gunung

Tidak jauh dari tempat saya berkerja bulan ini. Di  Desa Cot Baroh, Kecamatan Teupin Raya, Kabupaten Pidie Jaya. Rupanya di sana ada waduk yang baru selesai dibikin oleh pemerintah kabupaten setempat. Namanya Waduk Ceurih.

Ada bird news (kabar burung) bahwa di tengah waduk ini ada sumur tua yang keramat yang bisa memberikan air yang banyak setiap tahunnya.

Sumur Keramat

Tapi saat dibuat waduk, sumur ini dirusak oleh beko. Setelah waduk ini selesai, air di waduk jadi berkurang. Bahkan awal Oktober hampir kering.

Waduk Ceurih.

Ceurih adalah nama pohon, yang tumbuh banyak di tengah waduk. Tapi saat waduk ini dibuat semua pohon diratakan beko dan dibuang ke pinggir. Supaya tengahnya bersih. Tapi pohonnya kemarin (19/11/14) saya lihat sudah tumbuh lagi dan air di waduk sudah penuh. Saya mau nyelam mau lihat sumurnya, tapi tak punya peralatan.

Indah bingit waduknya, dihiasi pohon teratai yang bunganya belum mekar. Di sampingnya berjejer lurus pohon pinang. Di jauhnya dikelilingi oleh pegunungan. Rasanya ingin mandi di sana. Tapi tak ada orang lihat, nanti kalau tenggelam tak ada yang tolong.

Setelah berpanas-panas memotret gambar yang tidak berkualitas, saya naik lagi ke gunung di samping waduk.

Naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali. Kiri kanan, kulihat saja, banyak pohon yang aku tak tahu namanya.

Padi Tajok.

Gunung ini baru dibuat, dibuat jalan tembusnya. Satu jalan tembus ke Leung Putu satu lagi ke Keumala. Meliuk-liuk naik turun aduh indahnya. Lalu saya melihat ada padi tumbuh di atas gunung. Ini pasti ulah petani yang gak ada sawah, kok nanam padi di gunung. Maka dari itulah, saya tanyalah sama petani yang ada di sini.

Piyoh, Neuk (Mampir, Nak).”

Sapa seorang bapak yang tak pakai baju di jamboenya.

Yak kalon pade nyoe Abua, paken neupula inoe, peu hana blang droen? (ini paman, saya mau lihat padi puduka, kenapa paduka tanam padi disini? apa paduka tak punya siwah?)”

“Nyoe pade tajok neuk, jih lam glee pula.”

(Ini padi kita beri, dia di dalam gunung tanamnya)

Alah.. susah menerjemahkan bahasa Aceh.

Saya tulis bahasa Indo saja. Saya bincang-bincang sambil foto-foto sawah Abua ini. Hasil perbincangan kami selain beliau tanya saya dari mana, bahwa padi tajok ini ada 10 keanehan:

  • Enam bulan setelah ditanam baru bisa panen
  • Tinggi pohon padinya mencapai 2 meter
  • Padi ini tak perlu pupuk
  • Harus ditanam di gunung.
  • Perawatannya hanya tuweuh (membersihkan dari tanaman lain) saja
  • Biayanya lebih murah (tak perlu digarap tanah oleh moto krok, tak perlu dikrok, sewa orang sumula dll
  • Varietas padi yang sangat enak rasanya dan langka
  • Harum baunya
  • Ditanam dengan jarak per pohon 30 centimeter
  • Per lubang biji 8-9 biji saja, seperti menanam kacang tanah.

Menurut seorang warga Pidie Jaya yang ditanyai Safariku, padi tajok ialah padi yang ditanam di gunung dengan metode yang berbeda dari cara biasanya. Tunas padi tidak disemai melainkan dengan menggunakan alat bantu berupa tungkai (sejenis tongkat bermata runcing) atau tanduk kambing. Petani melubangi permukaan tanah dengan tungkai. Tunas padi kemudian ditempatkan di lubang itu. Begitu seterusnya. Cara seperti inilah yang disebut “tajok”.

Selain padi yang luar biasa ini, ada lagi objek wisata di daerah sini, yaitu Sungai Jiem-Jiem yang katanya ada batu cincinnya. Sungai yang indah di tepi gunung ini mengalir jernih di antara kebun ubi warga. Minimnya penambang pasir menyebabkan sungai ini sangat alami. Sehingga tidak ada pun bekas ban mobil di sisinya.

Sungai Jiem-jiem
Sungai Jiem-jiem dari jauh.

Aku mencoba turun ke sungai dan mengambil air wudhu. Lalu lihat kiri kanan di dalam air mana batu cincinnya. Aku mencoba meraba-raba dengan ketakutan. Takut isu ada warga asing yang ditangkap di sungai lain, karena mencoba mengambil batu cincin. Jadi karena takut ketahuan warga, saya pulang saja. Takut nanti apa-apa.

Pulangnya saya ditemani burung mereubok, meunom dan burung-burung liar yang berterbangan dari pohon satu ke pohon lain. Sungguh indah dunia ini, kalau bensin tidak dinaikkan oleh Jokowi. Jalan menuju waduk sudah diaspal, sedangkan jalan untuk melihat padi tajok belum, jalan ke sungai belum juga.[]

Writer : Riazul Iqbal Pauleta

2 thoughts on “Melihat Padi Tajok di Gunung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *